Jumat, 12 Juli 2013

5 Tips Berani Bicara Di Depan Umum.


 


1.    Tenang, Sebagian besar orang tidak jelas mengucapkan kata, karena saat grogi mereka tidak tenang dan cenderung cepat seakan dikejar sesuatu. Padahal sebenarnya cukup santai saja dengan cara : Atur nafas dengan baik, tariklah nafas perlahan saat anda hendak mengucapkan kalimat dan jangan pernah mengucapkan kata saat anda hendak menarik nafas . 

2.    Jangan Lihat Mata Audience, Tapi Lihatlah Atas Kepalanya, Kebanyakan orang yang grogi panggung disebabkan karena pengaruh terlalu banyak sorot mata yang memperhatikan, kalau misalkan anda tidak kuat melihat sekian ribu mata yang menyoroti mata anda yang hanya berjumlah dua .Tak perlu melihat matanya tapi lihatlah atas kepala audience, saya tidak pernah bergurau, inilah trik yang saya pakai saat saya menyampaikan pengumuman di sekolah.


3.     Bacalah Doa, ada banyak doa agar kita lancar saat berbicara ,cuman saya sering memakai doa yang berlafal "Robbi Sohri Sobri waya Sirli amri Wahlul Ukdatam Minli sani Yapkohu Qouli ama Badhi"  Do'a tersebut di ucapkan sebelum membuka acara atau pidato dan sebaginya. 

4.    Percaya Diri, Tips lainya yaitu percaya diri, orang yang tidak Pd tidak akan mudah untuk mengtasi Groginya karena mereka terlalu sibuk memikirkan penampilan, jika anda ingin menghilangkan grogi anda. Hilangkanlah rasa tidak percaya diri di diri anda ,anda tidak perlu memikirkan penampilan saat berbicara, misalkan wajah yang kurang sempurna.Tapi anda harus pikirkan pembicaraan anda karena saat anda berbicara di depan umum bukan tampilan yang mereka lihat tapi kalimat yang anda ucapkan. 


5.    Latihan, ini di perlukan karena setiap sesuatu yang berjalan lancara itu salah satu penyebabnya adalh karena giat latihan. Caranya mudah saja anda bisa berbicara di depan cermin dan perhatikan apa yang kurang kemudian perbaiki. Atau untuk latihan berpidato anda bisa cari contohnya di internet Banyak Kok !



Semoga bermanfaat .. 

Biografi Pahlawan .





Forpiko.com - Raden Ajeng Kartini lahir pada 21 April tahun 1879 di kota Jepara, Jawa Tengah. Ia anak salah seorang bangsawan yang masih sangat taat pada adat istiadat. Setelah lulus dari Sekolah Dasar ia tidak diperbolehkan melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi oleh orangtuanya. Ia dipingit sambil menunggu waktu untuk dinikahkan. Kartini kecil sangat sedih dengan hal tersebut, ia ingin menentang tapi tak berani karena takut dianggap anak durhaka. Untuk menghilangkan kesedihannya, ia mengumpulkan buku-buku pelajaran dan buku ilmu pengetahuan lainnya yang kemudian dibacanya di taman rumah dengan ditemani Simbok (pembantunya).

Akhirnya membaca menjadi kegemarannya, tiada hari tanpa membaca. Semua buku, termasuk surat kabar dibacanya. Kalau ada kesulitan dalam memahami buku-buku dan surat kabar yang dibacanya, ia selalu menanyakan kepada Bapaknya. Melalui buku inilah, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir wanita Eropa (Belanda, yang waktu itu masih menjajah Indonesia). Timbul keinginannya untuk memajukan wanita Indonesia. Wanita tidak hanya didapur tetapi juga harus mempunyai ilmu. Ia memulai dengan mengumpulkan teman-teman wanitanya untuk diajarkan tulis menulis dan ilmu pengetahuan lainnya. Ditengah kesibukannya ia tidak berhenti membaca dan juga menulis surat dengan teman-temannya yang berada di negeri Belanda. Tak berapa lama ia menulis surat pada Mr.J.H Abendanon. Ia memohon diberikan beasiswa untuk belajar di negeri Belanda.

Beasiswa yang didapatkannya tidak sempat dimanfaatkan Kartini karena ia dinikahkan oleh orangtuanya dengan Raden Adipati Joyodiningrat. Setelah menikah ia ikut suaminya ke daerah Rembang. Suaminya mengerti dan ikut mendukung Kartini untuk mendirikan sekolah wanita. Berkat kegigihannya Kartini berhasil mendirikan Sekolah Wanita di Semarang, Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon dan daerah lainnya. Nama sekolah tersebut adalah “Sekolah Kartini”. Ketenarannya tidak membuat Kartini menjadi sombong, ia tetap santun, menghormati keluarga dan siapa saja, tidak membedakan antara yang miskin dan kaya.

Pada tanggal 17 september 1904, Kartini meninggal dunia dalam usianya yang ke-25, setelah ia melahirkan putra pertamanya. Setelah Kartini wafat, Mr.J.H Abendanon memngumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa. Buku itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Saat ini mudah-mudahan di Indonesia akan terlahir kembali Kartini-kartini lain yang mau berjuang demi kepentingan orang banyak. Di era Kartini, akhir abad 19 sampai awal abad 20, wanita-wanita negeri ini belum memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka belum diijinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi seperti pria bahkan belum diijinkan menentukan.

Kartini yang merasa tidak bebas menentukan pilihan bahkan merasa tidak mempunyai pilihan sama sekali karena dilahirkan sebagai seorang wanita, juga selalu diperlakukan beda dengan saudara maupun teman-temannya yang pria, serta perasaan iri dengan kebebasan wanita-wanita Belanda, akhirnya menumbuhkan keinginan dan tekad di hatinya untuk mengubah kebiasan kurang baik itu. Belakangan ini, penetapan tanggal kelahiran Kartini sebagai hari besar agak diperdebatkan. Dengan berbagai argumentasi, masing-masing pihak memberikan pendapat masing-masing. Masyarakat yang tidak begitu menyetujui, ada yang hanya tidak merayakan Hari Kartini namun merayakannya sekaligus dengan Hari Ibu pada tanggal 22 Desember.

Alasan mereka adalah agar tidak pilih kasih dengan pahlawan-pahlawan wanita Indonesia lainnya. Namun yang lebih ekstrim mengatakan, masih ada pahlawan wanita lain yang lebih hebat daripada RA Kartini. Menurut mereka, wilayah perjuangan Kartini itu hanyalah di Jepara dan Rembang saja, Kartini juga tidak pernah memanggul senjata melawan penjajah. Dan berbagai alasan lainnya. Sedangkan mereka yang pro malah mengatakan Kartini tidak hanya seorang tokoh emansipasi wanita yang mengangkat derajat kaum wanita Indonesia saja melainkan adalah tokoh nasional artinya, dengan ide dan gagasan pembaruannya tersebut dia telah berjuang untuk kepentingan bangsanya. Cara pikirnya sudah dalam skop nasional. Sekalipun Sumpah Pemuda belum dicetuskan waktu itu, tapi pikiran-pikirannya tidak terbatas pada daerah kelahiranya atau tanah Jawa saja. Kartini sudah mencapai kedewasaan berpikir nasional sehingga nasionalismenya sudah seperti yang dicetuskan oleh Sumpah Pemuda 1928.

Terlepas dari pro kontra tersebut, dalam sejarah bangsa ini kita banyak mengenal nama-nama pahlawan wanita kita seperti Cut Nya’ Dhien, Cut Mutiah, Nyi. Ageng Serang, Dewi Sartika, Nyi Ahmad Dahlan, Ny. Walandouw Maramis, Christina Martha Tiahohu, dan lainnya. Mereka berjuang di daerah, pada waktu, dan dengan cara yang berbeda. Ada yang berjuang di Aceh, Jawa, Maluku, Menado dan lainnya. Ada yang berjuang pada zaman penjajahan Belanda, pada zaman penjajahan Jepang, atau setelah kemerdekaan. Ada yang berjuang dengan mengangkat senjata, ada yang melalui pendidikan, ada yang melalui organisasi maupun cara lainnya. Mereka semua adalah pejuang-pejuang bangsa, pahlawan-pahlawan bangsa yang patut kita hormati dan teladani.

Raden Ajeng Kartini sendiri adalah pahlawan yang mengambil tempat tersendiri di hati kita dengan segala cita-cita, tekad, dan perbuatannya. Ide-ide besarnya telah mampu menggerakkan dan mengilhami perjuangan kaumnya dari kebodohan yang tidak disadari pada masa lalu. Dengan keberanian dan pengorbanan yang tulus, dia mampu menggugah kaumnya dari belenggu diskriminasi. Bagi wanita sendiri, dengan upaya awalnya itu kini kaum wanita di negeri ini telah menikmati apa yang disebut persamaan hak tersebut. Perjuangan memang belum berakhir, di era globalisasi ini masih banyak dirasakan penindasan dan perlakuan tidak adil terhadap perempuan.

Sumber : kolom-biografi.blogspot

Pendekatan-pendekatan Pembelajaran.



Dalam Mata Kuliah Strategi Pembelajaran kita mengenal Pendekatan-pendekatan.

Umumnya kita mengenal 2 Pendekatan, yaitu :

1.      Pendekatan yang berorientasi atau berpusat pada siswa (Student Center Approach).

2.      Pendekatan yang berorientasi atau berpusat pada Guru (Teacher Center Approach).

Selain kedua Pendekatan di atas, ada juga beberapa Pendekatan yang dituangkan dalam Kurikulum. Diantaranya :

1.      Pendekatan Intregented, dimana materi dalam kurikulum dituangkan dalam kurikulum (terintegrasi).

2.      Pendekatan Plug-In, penyajian materi dalam kurikulum seolah-olah terpadu tetapi dalam pelaksanannya di dalam kelas masih terpisah-pisah.


3.      Pendekatan Spiral, kurikulum disajikan dalam bentuk gambar spiral yaitu dimulai dari lingkungan yang dekat dan sempit menuju lingkungan yang lebih luas.

4.      Pendekatan Expanding Community Approach.


5.      Pendekatan Flash Back, misalnya kurikulum dalam pembelajaran sejarah dimana dari masa sekarang mundur ke belakang yaitu ke masa yang lalu.

6.      Pendekatan Periodesasi, kebalikan dari Pendekatan Flash Back.


Tujuan kita menggunakan Pendekatan agar dalam pembelajarannya sesuai dengan materi yang di ajarkan, bisa menggunakan banyak contoh pula. Dan pendekatan ini digunakan sebagai sudut pandang terhadap proses pembelajaran.